Demokrasi atau Democrazy? Masalah negeri di awal tahun 2014

Bencana di awal tahun 2014 terjadi di sebagian besar wilayah di Indonesia. Sinabung meletus, Kelud dalam kondisi siaga, banjir bandang Manado, banjir di Jakarta, Pekalongan, Kendal, Pati dan daerah-daerah lain di seluruh wilayah Indonesia. Jalanan rusak, transportasi terhambat, logistik terlambat.

Khusus untuk banjir di wilayah Jawa Tengah, karena saya berdomisili di Jawa Tengah maka saya bisa menceritakan lebih lanjut tentang hal ini. Waktu banjir melanda wilayah Kendal, kakak saya terjebak selama berhari-hari di Kendal. Dia mengatakan bahwa banyak juga truk yang memuat sembako dan BBM terjebak disana. Bisa dibayangkan apabila ada truk yang memuat sayur atau buah terjebak disana, maka sudah dipastikan truk penuh dengan sayur dan buah itu akan membusuk. Dan jika sudah begitu, maka ini akan mempengaruhi harga-harga di pasaran. Selain itu, dampak dari pengiriman BBM yang telat, terutama untuk gas elpiji 3kg, membuat barang ini langka di pasaran sehingga harganya juga ikut merangkak naik. Mirisnya lagi, kenaikan UMK di wilayah Jawa Tengah (terutama yang saya ketahui adalah untuk UMK Kab. Batang) tidak sebanding dengan kenaikan harga yang terjadi di tahun 2014 ini.

Korupsi dimana-mana, kasus pembuangan pasien, impor beras ilegal yang meresahkan petani, pencalonan wakil rakyat dibuat seolah-olah undian berhadiah. Saya geli sendiri melihat orang-orang yang mencalonkan diri menjadi wakil rakyat, baik di level DPRD atau DPR. Banyak dari mereka yang mencalonkan diri tidak disertai dengan pengetahuan dan kemampuan politik yang mumpuni. Lalu, kalo seandainya secara mengejutkan mereka terpilih (karena jujur saja, animo masyarakat untuk memilih caleg sangat minim. Mereka hanya akan memilih jika diberikan uang, dengan cara begini kemungkinan besar yang tidak berkemampuan dapat terpilih asalkan dia memiliki uang) lalu apa yang akan mereka lakukan? Jelaskah visi dan misinya? Rencana kerjanya? Kebanyakan dari para caleg ini hanya mengandalkan intuisi saja, tidak menyusun secara gamblang tentang program kerja mereka setelah mereka terpilih nanti. Dengan jargon-jargon yang semakin nyeleneh dan lebih mirip pernyataan seorang ababil (ABG labil) daripada pernyataan seseorang yang nantinya akan menjadi wakil rakyat, mereka nekat mencalonkan diri dan menggantungkan semuanya pada nasib. Lalu, jika mereka terpilih nasib rakyat mau diapakan?

Jika dibatasi katanya tidak demokrasi, jika dibiarkan demokrasinya kebablasan. Sebenarnya yang salah dimana, saya juga masih tidak mengerti. Anda tahu?

Comments